Sebuah Pandemi di Era Teknologi
Manusia berkembang pesat dalam segala aspek, melampaui setiap zaman-zaman terdahulu, menciptakan banyak kemajuan. Teknologi adalah karya besar umat manusia, mereka menciptakan dunia yang tak berjarak, mereka menyebutnya dunia digital. Semua orang dapat terhubung dari berbagai wilayah dunia, hanya melalui smartphone, komputer atau gadget lainnya. Pemberikan akal pikiran oleh Tuhan sangat di eksplorasi, dan digunakan dengan maksimal. Tetapi, ada ironi yang terjadi. Semakin canggih teknologinya; banyak tersedia rumah sakit dimana-mana, obat-obatan semakin beragam (bahkan dunia kesehatan sudah menjadi sebuah Industri), tetapi semakin banyak juga pasien-pasien di rumah sakit, bahkan semakin banyak penyakit baru bermunculan. Penyakit yang tidak pernah ada pada zaman-zaman terdahulu. Jadi kemajuan teknologi seolah selaras dengan perkembangan penyakit. Apakah hanya kebetulan? Atau Permainan Industri skala global? Tidak ada yang tahu, kecuali Yang Maha Mengetahui.
Kecanggihan teknologi pun ternyata ada batasnya, seirama dengan kemampuan maha dashyat manusia yang ternyata terbatas. Terbukti, ketika muncul penyakit baru yang bersumber dari virus, bernama Corona Virus Disease 2019 (Covid 19). Berawal dari satu daerah di Wuhan, China, menyebar dengan cepat ke berbagai daerah di dunia. Hingga ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) menjadi Pandemi Global. China menjadi negara pertama yang luluh lantah oleh Covid 19, menyusul Italia, Iran, Spanyol, USA, dan sekarang Inggris, Rusia, dan banyak negara Asia termasuk Indonesia sedang berjuang melawan Covid 19. Karya besar manusia bernama Teknologi telah menjadi stimulus virus untuk menyebar ke banyak negara, karena pergerakan manusia yang super duper dinamis, berpindah cepat dari negara satu ke negara lainnya. Teknologi tidak dapat menjadi solusi jitu untuk melawan wabah tersebut, teknologi tak berarti apa-apa. Berapa banyak manusia yang mati? Berapa banyak waktu manusia untuk mempersiapkan diri dari hal-hal tidak terduga semacam ini? Berapa banyak laboratorium yang melakukan riset dalam bidang kesehatan? Wabah Covid 19 terjadi mungkin karena tujuan manusia-manusia sebelumnya bukan pada keseimbangan hidup, melainkan keuntungan golongan, perusahan, atau negaranya. Sehingga tidak ada persiapan untuk mencegah hal semacam ini, sehingga terjadi kerusakan besar akibat hal semacam ini. Terbukti dari berhentinya agenda olahraga di seluruh dunia, hancurnya pertumbuhan ekonomi dunia. Manusia terbukti sangat mudah dihancurkan. Lantas apa yang membuat kita merasa hebat dan digdaya menjadi seorang manusia? Mungkin karena kita baru mengalami Covid 19 sekarang, bukan kemarin.
Banyak peneliti di bidang kesehatan tengah gencar melakukan penelitian, menemukan obat dan vaksin Covid 19. Banyak manusia-manusia yang menyumbangkan hartanya, untuk melawan Covid 19. Teknologi memudahkan jalan, karena dengan adanya teknologi manusia dapat berkomunikasi tanpa harus bertatap muka, dari rumah masing-masing. Teknologi pun membantu manusia mengerjakan pekerjaaannya, kita kenal dengan istilah Work From Home (WFH). Teknologi pun memudahkan pemerintah mengabarkan rakyatnya mengenai kebijakan yang dipilih pemerintah dalam melawan Pandemi.
Ilustrasi apa yang tepat dalam menggambarkan Pandemi di Era Teknologi? Sebuah tatanan kecanggihan yang hancur lebur oleh sesuatu yang jauh lebih canggih. Mari kita geser ke bagian lain dari Pandemi, ke bagian bagaimana penanganan dan upaya Indonesia melawan Pandemi? Jika bicara penanganan dan upaya, maka kita bicara kebijakan dan langkah kongkrit pemerintah. Mari kita telisik dua bulan sebelum Pandemi ini menjadi hal yang mengerikan. Bulan Januari dan Februari, Covid 19 sudah merebak ke berbagai negara, bahkan pemerintah China telah membuat langkah kongkrit dengan membangun rumah sakit khusus Covid 19 dalam waktu kurang dari dua pekan. Upaya ditempuh karena banyaknya pasien yang positif Covid 19, sedangkan pemerintah Indonesia telah membaca Pandemi ini yang disinyalir akan berdampak pada krisis dunia pariwisata, jadi pemerintah Indonesia memberikan intensif kepada para turis yang akan berkunjung ke Indonesia. Ketika negara-negara lain menutup pintu agar terhindar dari Covid 19, pemerintah Indonesia hanya sanggup membaca Covid 19 akan berdampak krisis pada dunia pariwisata, sungguh pembacaan situasi yang menjengkelkan!
Senin, 2 Maret 2020. Banyak orang digegerkan oleh berita dua orang warga depok terdeteksi positif Covid 19. Setelah ditelusuri, dua orang tersebut terkena setelah beraktivitas di daerah Jakarta Selatan. Hari berikutnya, awan gelap terus menerus menghinggapi Indonesia, tercatat hingga 31 Maret 2020 terdapat 1.528 kasus positif Covid 19, dengan urian 81 pasien dinyatakan sembuh, dan 136 pasien meninggal. Pemerintah gagap, dan mencla-mencle dalam menangani Pandemi. Terbukti dari kebijakannya yang masih mengizinkan Tenaga Kerja Asing (TKA) masuk ke Indonesia, dan mencla-mencle karena langkah kongkritnya hanya sebatas himbauan. Bahkan, pemerintah pusat melarang pemerintah-pemerintah daerah untuk menutup wilayahnya (Lockdown), pemerintah pusat menghimbau karatina wilayah merupakan kewenangan pusat, padahal dalam situasi seperti sekarang, kebijakan cepat untuk menyelamatkan hak hidup banyak orang sangat diperlukan, mirisnya pemerintah pusat belum membaca situasi tersebut. Saya mengutip pernyataan Presiden Ghana, "Saya yakinkan anda bahwa kami tahu apa yang harus dilakukan untuk menghidupkan kembali perekonomian. Apa yang kita tidak tahu adalah menghidupkan kembali orang (meninggal)", ujar Akufo Addo.
Banyak insiden memilukan terjadi di Indonesia, seperti pelarangan penutupan wilayah yang dilakukan pemerintah daerah (Pemda) Papua, ditentang oleh pemerintah Pusat. Pelarangan operasional Bus Antar Kota untuk Pemudik sebagai upaya penyetopan penyebaran Covid 19, dibatalkan oleh pemerintah pusat. Terkini, pemerintah pusat membuat kebijakan "Darurat Sipil" ketimbang melakukan "Karantina Wilayah (Lockdown)" hanya karena perhitungan biaya! Mari kita pertegas, hari ini yang sedang terjadi adalah Pandemi Global yang disebabkan oleh Covid 19, bukan kerusuhan atau pemberontakan. Semoga pemerintah secepatnya mendapatkan the only true resource atau hidayah Allah (Kata Mbah Nun), agar tidak terjadi kehancuran yang luar biasa di Indonesia.
Komentar
Posting Komentar