Catatan Corona di Indonesia
Tiga hari terakhir WHO menyatakan telah terjadi penurunan kasus positif Covid 19 dalam skala global. Penanganan setiap negara berpengaruh terhadap penurunan kasus dan korban Covid 19. Hal tersebut, merupakan kabar baik dan sebuah harapan agar dunia dapat kembali normal, agar aktivitas dapat berjalan seperti sebelumnya. Meski belum ditemukannya obat khusus Covid 19 atau pun vaksinnya, karena masih dalam tahapan penelitian dan uji coba. Perlu diberikan apresiasi kepada beberapa negara yang menangani kasus Covid 19 dengan sungguh-sungguh, dan benar. Sehingga mampu menekan korban jiwa, misalnya Singapura, Vietnam, dan Korea Selatan. Mereka cepat tanggap menghadapi serangan tak kasat mata dengan berbagai langkah.
Penurunan kasus secara global ternyata berbanding terbalik dengan grafik kasus di Indonesia, nyatanya terjadi peningkatan kasus setiap hari di Indonesia. Bahkan, jauh lebih banyak merenggut korban jiwa daripada yang dapat disembuhkan. Indonesia menghadapi gejala Covid 19 sudah hampir sebulan. Sekarang, sebagian besar mobilitas masyarakat sudah dihentikkan, para siswa/i belajar dari rumah, begitu pun mahasiswa/i. Para pekerja pun sudah bekerja dari rumah, begitu juga dengan para pelaku usaha. Kendati, ada beberapa profesi yang tidak bisa dijalankan dari rumah, seperti petani, nelayan, ojek online, kurir, buruh dan para pelayan publik lainnya. Kesadaran dari masyarakat sudah terbangun, mereka dengan sukarela mau bertahan dirumah masing-masing. Tetapi penyebaran kasus masih terus meningkat, kondisi makin menyusahkan.
Dampak ekonomi mulai terasa oleh sebagian masyarakat, khususnya masyarakat golongan menengah ke bawah. Apalagi yang sumber penghasilannya harian, mereka merasakan dampak dari karantina masyarakat. Tidak ada aktivitas di ruang publik, maka penurunan penghasilan pun terjadi secara drastis. Padahal, pengeluran setiap bulan tidak berubah, mereka harus tetap membayar cicilan bulan; kredit motor, kredit rumah, gadai BPKB, pinjaman online, dan lainnya, mereka pun tetap harus membeli kebutuhan pokok, ditambah membeli peralatan perang; masker dan hand sanitizer. Alhasil, catatan dalam buku kas mereka pun hasilnya minus! Alias, "Besar Pasak daripada Tiang".
Mereka menunggu Juru Selamat, mereka mengharapkan kehadiran Ratu Adil. Mereka mengharapkan keramah-tamahan pemerintah, atau kehadiran negara. Karena mereka enam bulan yang lalu, baru saja selesai mengurus e-KTP dengan susah payah, sebagai syarat sah administrasi warga negara. Maka, sudah merupakan hak mereka mendapatkan perlindungan dari pemerintah (selaku penyelenggara negara). Ternyata, berhari-hari mereka mencoba tenang, bersikap seolah biasa-biasa saja, tidak berkata kasar di media sosial. Tidak membuat negara mengambil kebijakan yang menguntungkan mereka, tidak ada penjaminan kehidupan untuk mereka. Bahkan mereka baru bebas cicilan kalo mereka sudah dinyatakan positif Covid 19. Sungguh tragis!
Kabar baiknya, akan turun dana penangan Covid 19 sekitar 400an Triliun. Semoga saja dana tersebut cepat dapat dirasakan oleh mereka yang membutuhkan, oleh mereka yang sudah kebingungan menghadapi kesusahan hidup akhir-akhir ini, untuk mereka yang sudah kehilangan setengah kewarasannya menghadapi pandemi. Semoga seluruh uangnya tidak ada yang dikorupsi, karena uang itu uang penanganan bencana. Saya rasa, Setan pun tidak akan tega mengkorupsi uang penaganan bencana. Kendati setan pun tak tega, kita harus tetap mengawal aliran uang tersebut, terlebih lembaga seperti KPK! Wahai para pejabat negara, mulai dari kepala daerah, para mentri, dan presiden. Tunjukkan belas kasihmu! Paling tidak, lakukan sesuai tugasmu, sesuai janjimu. Kami tidak menuntutmu melakukan hal yang melampaui tugas dan kewajibanmu. Terima kasih. Kami tunggu kabar baiknya! Semoga kita senantiasa dalam lingungan yang Maha Kuasa, Amin.
Komentar
Posting Komentar