Waktunya Letnan Jenderal Prabowo Subianto

Universitas Gadjah Mada berkolaborasi dengan Narasi mengadakan diskusi bakal calon Presiden, mereka menghadirkan 3 kandidat yang hampir resmi nyapres. Saya tidak akan me-reviu acaranya Najwa Shihab. Tetapi, ada hal menarik disana dari sosok bacapres paling senior, Prabowo Subianto. Mulai dari mengeluh karena usahanya yang mandek selama 20 tahun, sampai gestur tubuhnya berjoget yang lumayan lentur untuk ukuran mantan prajurit tempur.

Saya mendengar namanya dari obrolan warung kopi, katanya dia pernah berkomunikasi dengan Soe Hoek Gie, bahkan pernah meminjamkan sepatunya. Menteri Pertahanan ini anaknya mantan Menteri Keuangan, Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo. Jadi, dia adalah anak mantan Menteri yang kini menjabat sebagai Menteri, sekaligus Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Mengalir darah seorang pengabdi Bangsa, sekaligus karakter entrepreneur yang mendarah daging. Sinergitas itu menciptakan seorang pengusaha yang antusias mengabdi, menarik!

Faktanya, riwayat hidup Pak Menhan memang sangat menarik untuk dibahas. Apalagi masa lalunya yang terangkum dalam beberapa peristiwa misterius, selama dia menjabat sebagai Pangkostrad. Periode tahun 1998 berdarah, bahkan pada tahun-tahun sebelumnya. Tetapi masa lalu itu seperti angin, yang bisa kapan saja terasa hembusannya, lalu hilang tanpa jejak. Baik Negara maupun orang-orang yang tertuduh seperti tidak ada upaya untuk menyelesaikannya dan memilih membiarkan menjadi isu lima tahunan.

Prabowo terjun ke gelanggang politik, dan memilih kendaraan berwarna kuning pada tahun 2004 silam. Empat tahun berselang, dia memilih mendirikan partai dengan dominasi warna merah. Penting untuk membaca arti warna kuning yang memiliki filosofi sifat ceria, aktif, ekspresif dan menarik perhatian, namun warna ini menimbulkan rasa bosan dan sulit ditangkap mata, jika dipakai secara berlebihan. Energi positif itu membawanya menjadi seorang penggerak dan mendirikan partai Gerindra. Parpol yang hingga sekarang belum mampu membawanya duduk manis di Istana Negara. Sekarang kita perlu membaca filosofi warna merah, yang memiliki arti berani dan berenergi, cinta, romansa, amarah serta emosi. Jadi Ketum Pencak Silat Indonesia ini lebih cenderung terhadap sifat yang mana?

Keberanian dan energinya telah dibuktikan secara konkrit, dalam riwayatnya maju di pemilihan umum sejak 2009 hingga sekarang. Romansa dan emosinya sering terlihat dalam caranya berpidato dan gestur tubuhnya, baik di ruang publik atau di layar kaca. Bagaimana amarah dan cintanya? Dua hal itu, hanya waktu yang mampu menjawabnya. Cepat atau lambat kita akan melihat jelas sosoknya dominan oleh sifat yang mana: amarah atau cinta puluhan tahun silam? Catatan sejarah mendukung dirinya melakukan keduanya, tetapi hanya ada 1 sifat yang menguasai dirinya! Jadi, Prabowo yang mana?

Kader Gerindra sepakat, 2024 adalah waktu yang tepat untuk Sang Letjen mendapat amanat sebagai Presiden. Tetapi berkali-kali kesepakatan kader partai bergambar kepala Garuda itu tidak membuahkan hasil. Jadi agak klise kalau mereka masih berkata sekarang waktu yang tepat. Tetapi harapan adalah energi kehidupan, dan kita harus pintar merawat harapan, sebagai upaya menjaga asa. Sekarang tinggal bagaimana rakyat, apakah sepakat dengan kesepakatan kader Gerinda? Menarik untuk kita tunggu!

PS memiliki peluang yang cukup besar, mengingat koalisi partainya sangat gemuk dan hasil survei pun menguntungkan dirinya. Yang penting dilakukan hanyalah segera mendeklarasikan pasangannya, memilih sosok dengan tepat, yang mampu melengkapi eksistensi PS secara komprehensif dan memiliki basis suara pada daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh timsesnya. Who's?

Elektabilitas yang tinggi saja tidak cukup, menjadi R1 harus mempunyai citra baik seperti Jokowi yang untouchable dan media darling. Lalu, PS juga harus membuktikan isi kepalanya dengan menawarkan kebijakan dan progam pro rakyat, sekaligus narasi untuk melindungi lingkungan hidup. Karena sekarang, warga dunia tiada henti mendiskusikan pemanasan global dan kualitas udara yang semakin memprihatinkan. Prabowo, do you speak environmental ethics?

Beberapa bulan lagi, kita akan mengetahuinya. Terakhir, Prabowo telah menjelaskan gagasan dan janjinya. Program makan siang dan susu gratis bagi pelajar menuai kontroversi. Mengapa? Padahal keputusan itu sebagai tanda kepeduliannya terhadap gizi dan kelangsungan hidup generasi mendatang lho. Hehe! Mungkin gagasan itu perlu dikaji ulang cara penyampaiannya ke publik. Atau diberikan kriteria pelajar yang berhak menerimanya agar anggarannya tidak membengkak.

Jadi 2024 nanti, waktunya Letnan Jenderal Prabowo Subianto menjadi Presiden atau berisitirahat dari Politik?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wahai kalian yang merasa, bacalah! Mahasiswa Angkatan 2011 Diimbau segera selesaikan kuliah

Biar Tuhan yang Menilai, Ragam Ekspresi Beragama