Ketika "Corona" Berbicara Mengenai Indonesia
Indonesia babak belur terjangkit wabah yang bernama virus corona. Pasien positif, korban meninggal, pasien dalam pengawasan hingga orang dalam pemantauan terus bertambah setiap hari. Grafiknya meningkat, ujar seorang pengamat. Masyarakat berbondong-bondong menyelamatkan diri, mereka mencari keamanan masing-masing, sebagian tidak terlalu peduli meskipun takut, tapi ada hal yang lebih mengerikan daripada yang tidak kasat mata, kelangsungan hidupnya. Pemerintah, jika dibandingkan dengan negara-negara lain, masih sangat payah dalam menangani masalah Covid 19, pemerintah seperti dilema. Pemerintah itu mau rakyat selamat, dan tidak mau kehilangan momentum pertumbuhan ekonomi. Mereka tidak mau mengorbankan salah satu, bahkan pemerintah cenderung tidak mau modal untuk membiayai hidup rakyat selama fase darurat efek kejut dari corona, terbukti darurat sipil yang dipilih, bukan karantina nasional.
Anjuran pemerintah untuk #DiRumahAja membuat penulis berandai-andai, membayangkan jika si "corona" dapat berbicara layaknya kita. Sebelum tanggal 2 Maret 2019, corona tersenyum, sambil mengatakan "Alhamdulilah, kita belum kelihatan. Kita gak dianggap bahaya! Kita malah dibercandain tuh." Mungkin, sebab Corona berkata demikian, karena para pejabat kita banyak mengeluarkan pernyataan bercanda, dan cenderung Takabur. Pertengahan bulan maret, corona berkata lagi, "Belum lama kita jadi bahan olok-olok, sekarang orang-orang itu malah kebingungan harus berbuat apa, kasian orang Indonesia." Bertanya lah corona lainnya, "Bagaimana menurut kalian orang Indonesia memperlakukan kita? Saya dengar semboyan mereka Bhinneka Tunggal Ika?" Corona Indo pun menjawab, "Ya benar semboyan mereka Bhinneka Tunggal Ika, dalam merespon kita pun mereka beragam, punya caranya masing-masing. Ada yang panik banget, menganggap kita seperti malaikat Izrail. Ada yang normal, mereka menggali informasi tentang kita, mereka mempelajari kita dan waspada. Ada juga yang tidak menganggap kita, sepertinya hidup mereka hari ini dan esok jauh lebih mengerikan daripada kedatangan kita. Ada yang meremehkan kita, bukannya waspada malah ngeyel, padahal udah banyak orang sekitarnya yang memperingatkan. Ada juga orang-orang yang jadi lebih peduli sesama mereka karena kita lho!"
Wah, beragam sekali cara mereka memperlakukan kita. Berarti tidak semua orang dirugikan sebenarnya karena kehadiran kita di Indonesia? "Jelas tidak, ada yang jadi lebih peka terhadap sesama, entah karena terdesak keadaan atau mendapat hidayah Tuhan (seharusnya mereka melakukan itu ada atau tidaknya kita). Ada yang menjadi punya usaha dadakan karena kita, entah mereka beralih jenis usaha atau usahanya memang itu dan sekarang jadi lebih laku, atau tadinya mereka kaum rebahan. Ada juga orang-orang yang karena kehadiran kita jadi lebih dekat dengan keluarganya, jadi sering kumpul dengan keluarga (seharusnya dengan segala kepadatan aktivitas mereka, harus tetap punya waktu untuk keluarga). Saya lihat, dibanyak daerah juga jadi banyak kelihatan rumah-rumah yang punya mobil banyak, karena semuanya #DiRumahAja. Bahkan, saya lihat hewan-hewan, tumbuhan, dan Alam Semesta jadi lebih sehat, jadi lebih Indah. Kualitas udara membaik, karena banyak pabrik-pabrik berhenti beroperasi, dan penggunaan kendaraan yang mengakibatkan polusi pun berkurang drastis."
Rasanya, sudah lebih dari sebulan kamu singgah di Indonesia. Bagaimana penilaianmu terhadap mereka? Saya dengar, wilayah mereka luas, kekayaan alam mereka melimpah. "Mayoritas mereka adalah orang-orang yang baik, orang-orang yang punya keteguhan dalam kepercayaan, dan kegigihan dalam memperjuangkan hidup dalam segala kondisi, mereka juga orang-orang yang punya cara masing-masing dalam bersyukur, dan bahagia. Apalagi orang-orang di Desa, di pelosok daerah Nusantara. Aku pernah dengar, mereka telah dijajah oleh beberapa negara, seperti Belanda dan Jepang. Tetapi, hari ini mereka seperti dijajah oleh bangsanya sendiri. Oleh orang-orang Indonesia sendiri yang berwatak penjajah; menindas, merampas, dan sewenang-wenang. Saya dapat berkata demikian, karena saya merasa aneh, negeri yang sumber daya alamnya melimpah, dasar negara dan tujuan hidup bangsanya jelas. Tetapi, kondisi di lapangan banyak ketimpangan dimana-mana, di pelosok-pelosok malah saya melihat banyak rakyatnya yang hidup jauh dari kata layak. Sebagian dari mereka ada yang jahat, ada yang lupa darimana mereka berasal hingga kehilangan naluri kebangsaan. Ada juga orang-orang licik, yang hanya ingin memperkaya diri sendiri dan golongannya. Boro-boro peduli terhadap lingkungan, peduli terhadap sesama saja tidak."
Komentar
Posting Komentar