Dialog Ketidaktahuan I
"Hi, tidurlah! Hari sudah larut, istirahat sejenak. Nanti kembali lagi, dengan ikhtiar-mu yang terbatas dan tidak pernah optimal itu." Sebagian dari diriku berkata, dengan intonasi lemah lembuh setengah menghasut. Tidur? Bagaimana bisa? Waktu-ku terbatas. Rasanya sia-sia kalau dihabiskan hanya untuk tidur. Aku berkata dalam hati. Lalu, aku intropeksi sejenak. Melihat kembali bagaimana aku menghabiskan waktu, melewati pagi, siang dan malam hari. Ah, terlalu banyak yang sia-sia. Bahkan, aku melihat kenyataan bahwa diriku hidup dalam ketidaktahuan. Miskin pengetahuan, minim ilmu, tidak memiliki spesialisasi kemampuan. Bahkan sedihnya, aku tidak memiliki keinginan. "Kamu bagaimana mau punya keinginan, memang hidupmu ini punya tujuan? Apa tujuanmu hidup? Ha!" Sebagian dari dirimu nyeletuk. Menambah keruwetan dengan pertanyaannya, dan memaksaku berpikir lebih jauh. Melintasi ruang waktu, guna menemukan titik balik pada diriku. Karena ingin menyanggah pertanyaan sialan ...